Sunday, November 14, 2010

Merapi Meletus

Sleman: Kondisi puncak Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, boleh jadi sudah sangat terbuka. Artinya sangat mungkin letusan Merapi selanjutnya tidak diawali tanda-tanda, seperti gempa atau guncangan lainnya. Seperti diketahui, hari ini Senin (1/11), sekitar pukul 10.05 WIB, Gunung Merapi kembali menyemburkan awan panas dan melepas guguran lava.

"Ini sesuatu yang baru. Tidak ada gempa vulkanik. Magma bisa bebas bergerak, sehingga terjadi letusan eksplosif," jelas Sukhyar, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral saat dihubungi Metro TV melalui sambungan telepon, Senin siang.

Sukhyar menjelaskan bahwa letusan hari ini membentuk awan panas vertikal. Namun karena tiupan angin, awan panas kemudian mengarah ke wilayah timur, sebagian juga ke selatan. Semburan awan panas, yang menurut pemantauan tim Metro TV mencapai setinggi 1,5 - 2 km, menimbulkan abu vulkanik yang sebarannya mencapai kawasan Boyolali, Jawa Tengah.

Ditanya soal perubahan warna awan panas, Sukhyar menjelaskan bahwa itu memang proses sebuah letusan. Di awal letusan, awan panas berwarna coklat atau abu pekat. Namun kemudian awan panas berubah warna menjadi putih. Itu bisa disimpulkan sebagai akhir dari sebuah kegiatan letusan, saat itu. Tapi itu bukan berarti aktivitas Gunung Merapi berhenti. Sukhyar menegaskan bahwa Merapi masih mungkin meletus lagi.

"Kemungkinan letusan masih ada. Belum dinyatakan berhenti. Sekarang ini sudah mulai tenang. Tidak ada letusan lagi," tambah Sukhyar.

Sukhyar menegaskan bahwa Tim Geologi Kementerian ESDM serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terus memantau pergerakan Merapi. Sukhyar mengatakan, hingga hari ini Merapi sudah meletus sebanyak 4 kali, dengan intensitas berbeda. Hari ini intensitasnya lebih panjang, hingga mencapai 6 letusan. Letusan pertama terjadi pada tanggal 26 Oktober, 30, 31 Oktober, dan hari ini 1 November.

Letusan eksplosif Gunung Merapi kembali terjadi Senin 1 November 2010. Letusan pertama mengguncang sekitar pukul 10.03 WIB yang diawali gempa ringan dan guguran material. Setelah itu, awan panas susul-menyusul menyembul dari puncak Merapi dengan ketinggian 1,5 kilometer.

Berdasarkan pengamatan dari ruang Monitoring aktivitas Gunung Merapi di Kantor BPPTK, Jalan Cendana, Yogyakarta, awan panas mengarah keselatan masuk, yakni sungai Gendol dan sungai Woro dengan jarak luncur sekitar 4 kilometer .

Berdasarkan pengamatan, awan panas masih susul menyusul terjadi secara periodik hingga pukul 11.40.

Sedangkan, abu vulkanik berupa asap sulfatara putih dan asap coklat pekat meluncur vertikal ke atas dengan ketinggian sekitar 1,5 kilometer -- lalu terbawa angin yang sedang bertiup dari barat ke arah timur dan utara, ke Boyolali.

''Letusan tersebut mengindikasikan Merapi masih sangat aktif sehingga status masih Awas. Radius 10 kilometer dari puncak Merapi penduduk harus menyingkir,'' ujar R Sukhyar seperti dimuat laman Kementerian ESDM, 1 November 2010.

Beberapa menit setelah letusan pertama itu, awan panas kembali membubung dari puncak Merapi. Namun tidak diikuti kegempaan.
Ini terjadi karena kubah Merapi sudah 'terbuka'.
Dari monitoring seismograf menunjukan energi yang dikeluarkan Merapi pada letusan pukul 10.03 sebesar 224.540 RSAM Unit/1000.
Energi sebesar ini sedikit lebih kecil dibanding energi yang dikeluarkan pada hari Minggu (31/10) yang mencapai 231.821 RSAM Unit/1000.

Berikut kronologi letusan Merapi Senin pagi:

Pukul 09.47: terjadi gempa low frequency
Pukul 09.50: terjadi guguran kecil hingga sedang
Pukul 10.02: terjadi guguran besar
Pukul 10.03 sampai pukul 10.05: muncul awan panaspertama
Pukul 10.05 sampai 10.08: awan panas kedua
Pukul 10.20 sampai 10.24: muncul awan panas ketiga
Pukul 10.56 sampai 10.59: muncul awan panas keempat
Pukul 11.00 sampai 10.02: awan panas kelima
Pukul 11.45: kemunculan awan panas keenam.

Sumber : metrotvnews.com
nasional.vivanews.com


Pendapat & Solusi :

Telah kita ketahui, merapi merupakan gunung api teraktif di dunia, yang artinya sewaktu-waktu gunung ini bisa saja meletus. Bencana ini bukan berdasarkan aktifitas alam semata, masyarakat sebaiknya harus instropeksi diri lagi tentang perbuatan – perbuatan mereka selama ini yang membuat kemurkaan sang pencipta.
Seismograf terus mencatat aktivitas merapi, dan jika sudah ada peringatan resmi dari pemerintah setempat sebaiknya masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar lereng-lereng merapi segera melarikan diri ke tempat yang lebih aman, yang sudah dianjurkan oleh pemerintah. Terkadang ada sebagian masyarakat yang sayang akan harta benda sehingga tidak mau meninggalkan tempat tinggal mereka, keselamatan nyawa lebih penting dari apapun.
Dan untuk selanjutnya, mencegah jatuhnya korban jiwa lagi, pemerintah setempat harus mengambil langkah tegas, misal dengan membuat peraturan yang mewajibkan masyarakat untuk melakukan aktifitas seperti pertanian dll dengan jarak 10-20 km dari puncak merapi.

No comments:

Post a Comment