Sunday, November 14, 2010

Banjir Wasior 2010

Banjir Wasior 2010 adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai banjir bandang di Kota Wasior, Papua, memang disebabkan oleh kerusakan hutan di kawasan Kabupaten Teluk Wondama.

Manajer Desk Bencana Eksekutif Walhi Irhash Ahmady mengatakan Walhi memperkirakan sekitar 30-40 persen hutan di kawasan Hutan Suaka Alam Gunung Wondiboi dan kawasan Taman Nasional Laut Teruk Cenderawasih mengalami alih fungsi. Akibatnya, Kali Angris dan Kali Kiot meluap dan membawa bencana bagi Wasior.

"Ada aktivitas penebangan kayu di sini sejak 1990-an. Jadi sudah sekitar 20 tahun ada aktivitas penebangan di sana. Hutan yang kita tebang hari ini, bencananya bisa 5-10 tahun mendatang. Itu hukum alam saja, pakai logika saja," ungkapnya di kantor Walhi, Jakarta, Kamis (7/10/2010).

Walhi mencatat pemerintah telah mengeluarkan ijin HPH pada tahun 1990 kepada PT WMT dan PT DMP. Namun, karena penolakan warga hingga berujung pada kerusuhan yang diduga pada pelanggaran HAM, aktivitas penebangan hutan berhenti sementara.

Menurut catatan Walhi pula, aktivitas penebangan kembali dilakukan pada tahun 2002. Kali ini aktivitas penebangan hutan berjalan tanpa perlawanan masyarakat karena perusahaan-perusahaan ini sudah mampu membayar ganti rugi kepada warga bahkan membangun kongsi dagang dari hulu sampai hilir.

Irhash mengatakan, PT WMT merupakan pemegang usaha kayu terbesar di papua. Di Teluk Wondama, lokasi perambahannya mencapai 178 ribu hektar. Tercatat pula, lokasi lainnya di Kabupaten Sarni dan Kabupaten Yapen Waropen.

"Penilaian ini bukannya tidak berdasar, Walhi mendapati ratusan gelondongan kayu disertai lumpur dan batu besar bertebaran di seluruh Wasior I, Wasior II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi, dan Kampung Wondiboi. Ini menambah fakta bahwa memang kerusakan hutan di wilayah hulu menjadi penyebab utamanya," tegas Irhash.

Korban tewas banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat terus bertambah. Hingga Jumat pagi (8/10), jumlah ditemukan sebanyak 110 tewas dan 450 lainnya hilang.

“Ini data terbaru dari Wasior,” kata Pitsaw Amafnini, Koordinator Jaringan Sosial dan Lingkungan (Jasoil) Tanah Papua. Pemerintah Teluk Wondama pagi ini direncanakan akan mendata bangunan yang rusak serta melanjutkan pencarian terhadap korban yang belum ditemukan.

Pencarian hingga hari ini masih terkendala banyaknya pohon tumbang, sisa puing bangunan serta hampir semua wilayah tergenang lumpur. “Kita ada meminta bantuan alat berat dari Manokwari, mudah-mudahan kalau sudah ada secepatnya, bisa digunakan membersihkan sisa bangunan dan pepohonan,” kata Kepala Bappeda Kabupaten Teluk Wondama, Silas Kapissa.

Sementara itu di Manokwari, Papua Barat, jumlah pengungsi yang diberangkat dari Teluk Wondama diperkirakan mencapai kurang lebih 4 ribu jiwa. Ratusan diantaranya masih menempati tenda-tenda darurat yang dibangun Kodim setempat.

Pemerintah Daerah Teluk Wondama mengerahkan empat kapal untuk mengangkut para pengungsi, yakni KM Gracelia, KM Papua III, KRI Kalakay dan KM Delta Mas II. “Jumlah warga di Wasior sudah mulai berkurang, lebih banyak saat ini diungsikan ke Nabire dan Manokwari,” kata Piter Lambey, Asisten I Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama.

Ditenda pengungsian, beberapa warga korban banjir tidur beralaskan tikar seadanya. Mereka harus mengantri untuk mandi dan buang hajat. “Kondisinya memang seperti itu,” ujar Pitsaw Amafnini. Di Jayapura, sejumlah ormas mulai melakukan penggalangan dana bagi korban banjir.

Himpunan Mahasiswa Islam membawa dus sumbangan dan meminta pengendara yang lewat di sejumlah titik. “Dananya nanti akan disalurkan bagi korban banjir di Wasior,” kata Syarifudin, koordinator HMI Jayapura.

Sumber : id.wikipedia.org
Regional.kompas.com
www.tempointeraktif.com


Pendapat & Solusi:

Penyebab utama terjadinya banjir wasior ini adalah penebangan hutan yang dilakukan secara berkala dan terus menerus yang menyebabkan kegundulan hutan dan akhirnya tidak bisa menahan air dari kali. Bencana ini akibat dari ulah masyarakat sendiri.
Sebaiknya dilakukan reboisasi hutan atau penanaman kembali pohon-pohon yang telah digunduli, karena hutan penting dalam mencegah banjir, jika tidak ada pohon-pohon penyerapan air pun akan terganggu, dan hal tersebut yang menyebabkan banjir. Masyarakat harusnya sadar akan pentingnya fungsi hutan dan menghentikan penebangan liar.

No comments:

Post a Comment