Monday, October 11, 2010

Kepentingan dan Perjuangan Internasional Kelas Pekerja Malaysia dan Indonesia

Beberapa waktu yang lalu kembali berkumandang sentiment-sentimen anti Malaysia setelah munculnya kasus dugaan klaim Malaysia terhadap tarian pendet. Kedua belah pihak, Pemerintah Indonesia dan Malaysia pun saling mengomentari persoalan itu. Disisi lain muncul aksi-aksi di Indonesia yang mengusung isu anti Malaysia. Kejadian tersebut bukanlah kali pertama terjadi. Sebelumnya sentiment-sentimen Chauvinis tersebut telah muncul beberapa kali akibat kasus-kasus seperti perebutan daerah seperti Pulau Sipadan Ligitan, Blok Ambalat, Pulau Jemur; klaim budaya seperti Tarian Reog dan juga Lagu Rasa Sayang-sayange.

Esensi dari pengobaran kebencian terhadap ORANG MALAYSIA di Indonesia dan ORANG INDONESIA di Malaysia adalah cerminan sikap klise usang dari kepentingan reaksioner borjuis yang berkedok nasionalis. PRP, KASBI, dan PSM lebih bersepakat untuk memahami pengobaran chauvinisme kebangsaan sempit saat ini dalam perspektif Marxis. Karl Marx pernah menyatakan, “Kaum buruh tidak mempunyai tanah air. Kita tidak dapat mengambil dari mereka apa yang tidak ada pada mereka." Kelas pekerja bersifat internasional dan harus berjuang di arena internasional. Kelas pekerja di Indonesia dan Malaysia justru harus memperkuat solidaritas perjuangan dan merefleksikan dengan tepat komentar Karl Marx tentang nasionalisme reaksioner kelas Borjuis.

Pembangunan solidaritas internasional tidak dapat dilepaskan dari perlawanan terhadap Imperialisme dan Neoliberalisme. Imperialisme dan Neoliberalisme masuk ke Negara-negara dunia ketiga melalui berbagai cara. Serangan militer seperti yang dilakukan terhadap rakyat Irak ataupun melalui Rejim Boneka yang berkuasa. Di Indonesia kebijakan-kebijakan neoliberal masuk melalui Rejim Boneka yang berkuasa. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan bagian dari pengucuran hutang melalui lembaga-lembaga keuangan internasional ataupun langsung dari Negara-negara Imperialis utama. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain; privatisasi, penjualan sumber daya alam serta labour market flexibility. Bahkan hari ini ditengah kondisi krisis kapitalisme global kelas pekerja dalam semua variasinya (bekerja dan menganggur, musiman, kontrak atau subkontrak, formal dan informal) adalah sumber utama penghasilan kapitalis (secara langsung melalui keuntungan atau tidak langsung melalui bunga, pajak, royalti dan sewa).

Mentalitas reaksioner seperti chauvinisme dan semua mentalitas reaksioner dan kolot, akan dihilangkan dalam masyarakat sosialis, bukan dengan cara memaksa orang, melainkan karena kondisi sosial akan dirubah. Dan kondisi sosial cenderung membentuk pikiran dan sentimen orang. Kondisi sosial di bawah kapitalisme yang mendewa-dewakan kepemilikan pribadi dan eksploitasi sebagai cara kaum borjuasi mengejar kemakmuran harus dihapuskan. Seiring dengan dibangunnya kondisi sosial yang sosialistis dimungkinkan pula hapusnya prasangka reaksioner picik yang hanya menguntungkan kepentingan kelas borjuasi tapi menghasut kelas pekerja untuk berperang dan bertikai diantara sesama kelas tertindas di dua negeri yang ditindas neoliberalisme dan imperialisme Indonesia dan Malaysia.

No comments:

Post a Comment